KABAR BUDAYA

INDONESIA HARUS BERJUANG AJUKAN KEBAYA KE UNESCO SENDIRI TOLAK JOINT NOMINATION DENGAN NEGARA TETANGGA

Muncul desakan untuk mengajukan Kebaya Sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke Unesco dilakukan secara mandiri atau single nomination oleh Indonesia bukan bersama sama dengan negara tetangga. Perjalanan panjang kebaya di Indonesia, penggunaannya yang terus hidup sampai sekarang dan juga bagian dari banyak tradisi masyarakat Indonesia harus diperjuangkan bahwa Kebaya milik Indonesia seperti halnya batik.

Belakangan ini gaung Kebaya Goes To Unesco menjadi perbincangan hangat di berbagai lapisan masyarakat. Semua pihak mendukung dengan melakukan berbagai acara menggunakan kebaya. Namun kemudian muncul wacana mengajukan kebaya bersama-sama dengan Malasyia, Singarupa dan Brunai Darusalam dengan alasan, kebaya juga ada di negara tetangga tersebut.

“Kebaya itu identitas dan jati diri  bangsa Indonesia dan itu sesuai dengan apa yang  disampaikan bung Karno dalam Kongres Kowani tahun 1964,” ujar Sidarto dalam Parade Kebaya  Nusantara di Sarinah   Jakarta {13/8}. Bung Karno sendiri dalam berbagai kesempatan sejak perang kemerdekaan sampai Indonesia merdeka terus menyerukan agar bangsa Indonesia bangga dan menjaga budayanya, ini termasuk penggunaan kebaya oleh Perempuan Indonesia sebagai bagian identitas dan jati diri Indonesia.

Keinginan yang sama juga disampaikan oleh Menteri PPA Bintang Puspayoga, ” Ya saya sependapat agar kita mengajukan kebaya  single nomination dan kita harus berjuang untuk itu,” ujarnya disela-sela Parade Kebaya.

Keinginan yang sama juga disampaikan anggota DPR RI Tut Roosdiono, “Kebaya digunakan perempuan Indonesia dari berbagai lapisan masyarakat. Mudah didapat baik di pasar dan pertokoan besar. Digunakan sebagai pakaian sehari-hari, acara adat dan juga kegiatan formal,”.

Ketua Timnas Pengajuan Hari Kebaya Nasional, Lana T Koentjoro juga  mendukung pengajuan Single Nomination. “Kajian Tim Riset Timnas menunjukkan bahwa kebaya digunakan perempuan Indonesia sejak abad 19 di Jawa dan luar Jawa sampai sekarang dengan beragam model kebaya sesuai kearifan lokal di masing masing daerah,. Kebaya bukan sekadar busana tapi mengandung filososi dan identitas perempuan Indonesia”

Dukungan juga disampaikan Deputi IV  Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK Femmy Eka Kartika. “Saya setuju kebaya diajukan single nomination,” tegasnya. RAy Febri Dipokusumo Wakil Ketua Himpunan Ratna Busana Surakarta juga meminta agar semua kelompok masyarakat berjuang agar Kebaya meenjadi Warisan Budaya Dunia dari Indonesia “Kita harus berjuang untuk single nomination” tegasnya.

****

Bagaimana menurut Anda artikel ini?
+1
0
+1
0
+1
1
+1
3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *