MESIN WAKTU PAMERAN FOTO “KEBAJA SAJA”
Menyusuri perjalanan “sang kebaja” hingga ke “kebaya jaman now”, mulai dari tahun 1900an hingga yang mutakhir tahun 2022, kita seperti melintasi masa perjalanan kebaya.
Penulis : Indiah Marsaban Pasca-Sumpah Pemuda, para pemuda berusaha menggunakan bahasa Indonesia sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Bagaimana pemuda masa kini merawat dan menjaga budaya dan bahasa Indonesia? Bulan Oktober sudah lewat dan tahun ini sepi-sepi saja tak terdengar ada kegiatan lomba-lomba yang mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia “dengan baik dan benar”, padahal biasanya bulan Oktober…
Penulis: Soesi Sastro Setelah dua tahun diluncurkan secara virtual oleh Pustaka Obor Indonesia (21/4/2021), dilanjut bedah buku bersama KBRI Berlin (16/8/2021), baru-baru ini acara Temu Penulis dan Penerbit Buku Kebaya Melintasi Masa (24/6) digelar di Cendela Gallery, Depok, Jawa Barat. Ketua Yayasan Obor Indonesia Kartini Nurdin dan Direktur PT Pustaka Obor Indonesia Dian Andiani selaku…
0leh: Indiah Marsaban Ketika mendapat tawaran dari teman-teman Komunitas Perempuan Berkebaya untuk ikut Uji Coba Publik naik Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pada hari Jumat, tanggal 29 September 2023, tentu saya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini. Dengar cerita dari beberapa teman lain yang sudah mencoba mendaftar untuk ikut Uji Coba Publik KCIC, mereka tidak…
Penulis : Indiah Marsaban, Tim Nasional Kebaya Indonesia, Pegiat Kebaya KONSEP ACARA Dalam agenda Workshop persiapan pengisian dossier nominasi bersama kebaya ke UNESCO, yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek, selain ada kegiatan presentasi dan diskusi antar-negara peserta pada pagi hingga siang hari tanggal 7 Februari, Kemendikbudristek sebagai tuan rumah memberikan kesempatan kepada Tim Nasional Kebaya Indonesia untuk…
Menyusuri perjalanan “sang kebaja” hingga ke “kebaya jaman now”, mulai dari tahun 1900an hingga yang mutakhir tahun 2022, kita seperti melintasi masa perjalanan kebaya.
Acara digelar sebagai bagian kampanye mendorong kebaya sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO.
pameran ini merupakan satu langkah yang mendekatkan cita-cita agar kebaya disejajarkan bersama ikon lain Indonesia seperti gamelan, wayang hingga batik yang sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Berbagai sudut kota yang mengular dari Lapangan Benteng, dipenuhi orang yang menggunakan kebaya aneka rupa dipadu berbagai wastra nusantara dan ulos tentunya. Bahkan banyak kebaya yang terbuat dari ulos.
“Kebaya itu harga mati milik Indonesia karena itu kita mengambil sikap tegas mendaftarkan kebaya ke Unesco secara single nomination,” ujar Ketua Komisi X Agustina Wilujeng Pramestuti saat memimpin rapat.
Posisi strategis Indonesia di jalur perdagangan Asia hingga Timur Tengah, sehingga besar kemungkinan bandar dagang terkemuka masa lalu menjadi pintu masuk berbagai kebudayaan yang dibawa oleh mereka termasuk budaya berpakaian
Bukan karena tidak mendukung upaya tersebut, tetapi belakangan ini muncul gagasan pengajuan Kebaya Goes to Unesco bersama-sama dengan Malaysia, Singapura dan Brunei Darusalam.
Manusia lahir dibedung dengan kain, demikian juga ketika menikah, kainlah yang dililitkan di tubuh pasangan, bahkan helaian kain itu pun menutup jasad ketika tutup usia.
Setelah dua tahun lalu pelaksanaan upacara kemerdekaan HUT RI terpaksa dilakukan secara hybrid akibat pandemi sehingga semua kegiatan tidak bisa off-air.
Recent Comments